Hampir dapat dipastikan seluruh proyek bantuan pemerintah/non pemerintah selalu mengalami kebocoran. Cuman prosentasenya beragam sesuai tempat pelaksanaan, tim pelaksana, jenis proyek. Ini menurut pengalaman kami selama terjun dan mengamati langsung pelaksanaan dibeberapa proyek. Kebocoran ditiga faktor itu sangatlah umum dan mudah dimengerti dan jarang orang mau melaporkan.
Seolah menjadi budaya yang sulit dihilangkan, kebocoran dan membocorkan dana proyek merupakan kebanggaan bagi tim pelaksana dan yang dipercaya mendampingi/. mengawasi pelaksanaan proyek. Kata mereka yang sering berpidato, ini merupakan sinergi yang perlu dilestarikan.
Adapun kebocoran yang sistematis terjadi pada pembuatan proposal dan pelaporan akhir. Ini yang tidak semua orang tahu walaupun dicopy dan dipelajari di rumah. Proposal dan LPJ dirancang sedemikian rupa sehingga kelihatan keren bagi yang membawanya. (Padahal.......cepluk........).
Kalau bisa dibilang, model2 seperti itu sangatlah kuno diterapkan di desa. Pola pikir masyarakat desa sangat sederhana. Maka bila kita ingin membantu. sajikan dalam berntuk yang sederhana. Salah satu contoh mudah yang sering dibuat sulit adalah pelaksanaan Rabat Beton. Rumusnya jelas, Voleme= Panjang x lebar x tebal. Lalu secara manual Volume dikali 7. (1M2 = 7 sak semen) ............bersambung nek eling...........
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar