Selasa, 04 Oktober 2011

UPK, YANG MISKIN JANGAN NANGIS......



Sebuah Kisah yang Mengharukan ...
Silahkan meneteskan Air Mata !!
Sepasang suami isteri –
seperti pasangan lain di kota-kota besar
meninggalkan anak-anak
diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja.
 
Anak tunggal pasangan ini,
perempuan cantik
berusia tiga setengah tahun.
 
Sendirian ia di rumah
dan kerap kali dibiarkan pembantunya
karena sibuk bekerja di dapur.
 
Bermainlah dia bersama ayun-ayunan
di atas buaian yang dibeli ayahnya,
ataupun memetik bunga
dan lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari
dia melihat sebatang paku karat.
Dan ia pun mencoret lantai
tempat mobil ayahnya diparkirkan ,
tetapi karena lantainya terbuat dari marmer
maka coretan tidak kelihatan.
 
Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya.
Ya... karena mobil itu bewarna gelap,
maka coretannya tampak jelas.
Apalagi anak-anak ini pun
membuat coretan sesuai
dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya
bermotor ke tempat kerja
karena ingin menghindari macet.
 
Setelah sebelah kanan mobil
sudah penuh coretan
maka ia beralih ke sebelah kiri mobil.
 
Dibuatnya gambar ibu dan ayahnya,
gambarnya sendiri,
lukisan ayam, kucing dan lain sebagainya
mengikut imaginasinya.
 
Kejadian itu berlangsung
tanpa disadari oleh si pembantu rumah.
Saat pulang petang,
terkejutlah pasangan suami istri itu
melihat mobil yang baru setahun dibeli
dengan bayaran angsuran
yang masih lama lunasnya.
 
Si bapak yang belum lagi masuk ke rumah
ini pun terus menjerit,
"Kerjaan siapa ini !!!" ....
 
Pembantu rumah yang tersentak
dengan jeritan itu berlari keluar.
 
Dia juga beristighfar.
Mukanya merah padam ketakutan
lebih-lebih melihat wajah bengis tuannya.
 
Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya,
dia terus mengatakan
" Saya tidak tahu..tuan."
"Kamu dirumah sepanjang hari,
apa saja yg kau lakukan?"
hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar suara ayahnya,
tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya.
Dengan penuh manja dia berkata
"Dita yg membuat gambar itu ayahhh
.. cantik ...kan!"
katanya sambil memeluk ayahnya
sambil bermanja seperti biasa..
 
Si ayah yang sudah hilang kesabaran
mengambil sebatang ranting kecil
dari pohon di depan rumahnya,
terus dipukulkannya berkali-kali
ke telapak tangan anaknya .
 
Si anak yang tak mengerti apa apa
menagis kesakitan,
pedih sekaligus ketakutan.
Puas memukul telapak tangan,
si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu
cuma mendiamkan saja,
seolah merestui dan merasa puas
dengan hukuman yang dikenakan.
 
Pembantu rumah terbengong,
tidak tahu harus berbuat apa...
 
Si ayah cukup lama
memukul-mukul tangan kanan
dan kemudian ganti tangan kiri anaknya.
 
Setelah si ayah masuk ke rumah
diikuti si ibu,
pembantu rumah tersebut
menggendong anak kecil itu,
membawanya ke kamar.
Dia terperanjat
melihat telapak tangan
dan belakang tangan si anak kecil
luka-luka dan berdarah.
 
Pembantu rumah memandikan anak kecil itu.
Sambil menyiramnya dengan air,
dia ikut menangis.
 
Anak kecil itu juga menjerit-jerit
menahan pedih saat luka-lukanya itu
terkena air.
 
Lalu si pembantu rumah
menidurkan anak kecil itu.
 
Si ayah sengaja membiarkan anak itu
tidur bersama pembantu rumah.
Keesokkan harinya,
kedua belah tangan si anak bengkak.
 
Pembantu rumah mengadu ke majikannya.
"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja,
dia tidak memperhatikan anak kecil itu
yang menghabiskan waktu
di kamar pembantu.
 
Si ayah konon
mau memberi pelajaran pada anaknya.
 
Tiga hari berlalu,
si ayah tidak pernah menjenguk anaknya
sementara si ibu juga begitu,
meski setiap hari bertanya
kepada pembantu rumah.
"Dita demam, Bu"...
jawab pembantunya ringkas.
 
"Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu.
Sebelum si ibu masuk kamar tidur
dia menjenguk kamar pembantunya.
 
Saat dilihat anaknya Dita
dalam pelukan pembantu rumah,
dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat,
pembantu rumah memberitahukan tuannya
bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
 
"Sore nanti kita bawa ke klinik..
Pukul 5.00 sudah siap" kata majikannya itu.
 
Sampai saatnya
si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
 
Dokter mengarahkan
agar ia dibawa ke rumah sakit
karena keadaannya susah serius.
 
Setelah beberapa hari di rawat inap
dokter memanggil bapak dan ibu anak itu.
"Tidak ada pilihan.."
kata dokter tersebut yang mengusulkan
agar kedua tangan anak itu dipotong
karena sakitnya sudah terlalu parah
dan infeksi akut...
 
"Ini sudah bernanah,
demi menyelamatkan nyawanya
maka kedua tangannya harus dipotong
dari siku ke bawah" kata dokter itu.
 
Si bapak dan ibu
bagaikan terkena halilintar
mendengar kata-kata itu.
Terasa dunia berhenti berputar,
tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si anak.
Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya,
si ayah bergetar tangannya
menandatangani surat persetujuan pembedahan.
 
Keluar dari ruang bedah,
selepas obat bius yang disuntikkan habis,
si anak menangis kesakitan.
 
Dia juga keheranan
melihat kedua tangannya berbalut kasa putih.
Ditatapnya muka ayah dan ibunya.
 
Kemudian ke wajah pembantu rumah.
Dia mengerutkan dahi
melihat mereka semua menangis.
 
Dalam siksaan menahan sakit,
si anak bersuara
dalam linangan air mata.
 
"Ayah.. ibu...
Dita tidak akan melakukannya lagi....
Dita tak mau lagi ayah pukul.
Dita tak mau jahat lagi...
Dita sayang ayah..sayang ibu.",
katanya berulang kali
membuatkan si ibu gagal
menahan rasa sedihnya.
 
"Dita juga sayang Mbok Narti.."
katanya memandang wajah pembantu rumah,
sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan tangan Dita.
Untuk apa diambil..
Dita janji tidak akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?...
Bagaimana Dita mau bermain nanti ?...
Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, "
katanya berulang-ulang.
 
Serasa hancur hati si ibu
mendengar kata-kata anaknya.
Meraung-raung dia sekuat hati
namun takdir yang sudah terjadi
 tiada manusia dapat menahannya.
Nasi sudah jadi bubur.
 
Pada akhirnya si anak cantik itu
meneruskan hidupnya
tanpa kedua tangan
dan ia masih belum mengerti
mengapa tangannya tetap harus dipotong
meski sudah minta maaf...
 
Tahun demi tahun
kedua orang tua tersebut menahan
kepedihan dan kehancuran bathin
sampai suatu saat Sang Ayah
tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat
diiringi tangis penyesalannya yg tak bertepi...,
Namun....,
si Anak dengan segala keterbatasan
dan kekurangannya tersebut
tetap hidup tegar
bahkan sangat sayang dan selalu merindukan ayahnya..
Makanya sayangilah anak kita
walau bagaimanapun
karena itu adalah darah daging kita.
Kita kerja adalah buat anak2 dan keluarga kita.
® Kerja keras, berdo'a, hidup kona'a, syukur dan ridho apapun pemberian ALLAH SWT....!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar