Maraknya demo menolak BBM akhir2 ini sangatlah mengkhawatirkan nasib tenaga honorer yang pengangkatannya tinggal menghitung hari. berkali-kali janji pemerintah harus mundur bahkan batal akibat demontrasi yang menentang dan menekan kebijakan pemerintah. Seolah menjadi tradisi, segala sesuatu harus diseslesaikan dengan pengerahan masa.
Saya tidak habis pikir, kenepa nasib teman2 honorer begitu alot. Tahun kemarin saja, di era pak menteri EE Mangindaan sudah dipastikan pengangkatan tenaga honorer bulan Oktober, bahkan RPP-nya sudah di setneg dan tinggal menunggu teken pak presiden. Apa kenyataannya? Demo yang menekan pemerintah terjadi sebelum RPP diteken pak presiden. Hasilnya presiden me-resufle kabinet yang salah satunya berdampak pada penggantian Menpan. Tak ayal menteri yang baru dengan berbagai alasan mengembalikan RPP ke BKN, kasarnya pengangkatan tenaga honorer tak disetujui menteri yang baru. Teman2 honorerpun lemas tak berdaya.
Semoga peristiwa akhir2 ini tidak serta merta mempengaruhi janji pemerintah yang sudah lama ditunggu teman2 honorer di seluruh negeri ini. Jika tigak maka perjuangan akan perlu waktu yang sangat lama lagi, bahkan kemungkinan sampai ganti presiden yang akan datang.
Saya bukan tenega honorer, tapi saya adalah satu diantara ribuan orang yang simpati dan prihatin pada nasib teman2 honorer yang dalam perjuangannya selalu tersisihkan. Saya hanya berpesan, tetep semangat, tetap berjuang, tetap berdo'a dan bersabar. Gak usah ikutan demo, jaga wibawa, karena temen2 honorer adalah intelektual tanpa tanda jasa. Kalaupun sudah tidak kuat, janganlah mogok kerja, apalagi para guru, hanya bikin malu, mintalah cuti pada atasan dengan cara baik2, gak usah lama2, sebulan cukup, tapi harus serentak se-Indonesia. Ini lebih damai, dan lebih dirasakan oleh pemerintah. Selamat berjuang Semoga sukses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar